Rabu, 17 Februari 2016

Masalah Gizi pada Bayi Balita Indonesia

بسم الله الرحمن الرحيم

Masalah Gizi pada Bayi Balita Indonesia
(Bagian 1)
__________________________

1⃣ Angka Anemia Defisiensi Besi (ADB),

☝terutama untuk bayi antara usia 6-12 bulan itu sangat tinggi di Indonesia, yaitu lebih dari 40%.

✅ Sesuai rekomendasi WHO, negara-negara dengan angka ADB di atas 40% harus memiliki program nasional untuk pemberian zat besi,

baik zat besi dalam makanan maupun zat besi dalam bentuk suplemen.

☝Dan penting diketahui ADB bisa menyerang semua bayi, terlepas dari apapun latar belakang ekonominya dan seringkali ADB tidak menunjukkan tanda-tanda fisik yang jelas.

Sumber zat besi yang paling mudah diserap tubuh adalah yang berasal dari protein hewani.
Itu sebabnya protein hewani dalam metode WHO disarankan dikenalkan sejak usia 6 bulan.

✒ dr. Emi Um Khonsa

______________Halaman 1

Majmu'ah BIKUM
بسم الله الرحمن الرحيم

Masalah Gizi pada Bayi Balita Indonesia
(Bagian 2)

Senin. 02 Rabi'ul Awwal 1437H || 14 Desember 2015.
__________________________

Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan masalah defisiensi nutrien tersering pada anak di seluruh dunia terutama di negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh penderita.

Secara epidemiologi, prevalens tertinggi ditemukan pada akhir masa bayi dan awal masa kanak-kanak diantaranya karena terdapat defisiensi besi saat kehamilan dan percepatan tumbuh masa kanak-kanak yang disertai rendahnya asupan besi dari makanan, atau karena penggunaan susu formula dengan kadar besi kurang.

Selain itu ADB juga banyak ditemukan pada masa remaja akibat percepatan tumbuh, asupan besi yang tidak adekuat dan diperberat oleh kehilangan darah akibat menstruasi pada remaja puteri.

Data SKRT tahun 2007 menunjukkan prevalensi Angka kejadian anemia defisiensi besi (ADB) pada anak balita di Indonesia sekitar 40-45%.

Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan prevalens ADB pada bayi 0-6 bulan 61,3 %,  bayi 6-12 bulan 64,8 % dan anak balita 48,1%.

Fungsi zat besi adalah:

✅ Berperan dalam pertumbuhan sistem saraf anak, terutama dalam periode emas (0-2 tahun)
membantu perkembangan kognitif dan konsentrasi  saat sekolah dan bermain
berperan dalam peningkatan tinggi dan berat badan
meningkatkan nafsu makan
meningkatkan kekebalan tubuh

☝Apabila ingin mengetahui persis apakah bayi kurang zat besi atau tidak, sebaiknya melakukan pemeriksaan hemoglobin, kadar zat besi (MCV atau ferritin). Berkonsultasi dengan dokter yang menangani tentu saja akan lebih baik.

Penyebab defisiensi besi menurut umur.

Bayi kurang dari 1 tahun

1.Cadangan besi kurang, a.l. karena bayi berat lahir rendah, prematuritas, lahir kembar, ASI ekslusif tanpa suplementasi besi, susu formula rendah besi.

2. Pertumbuhan cepat dan anemia selama kehamilan.

3. Alergi protein susu sapi

➡ Anak umur 1-2 tahun

1. Asupan besi kurang akibat tidak mendapat makanan tambahan atau minum susu murni berlebih.

2. Obesitas.

3. Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang / kronis.

4. Malabsorbsi.

↪Anak umur 2-5 tahun

1. Asupan besi kurang karena jenis makanan kurang mengandung Fe jenis heme atau minum susu berlebihan.

2. Obesitas.

3. Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang / kronis baik bakteri, virus ataupun parasit).

4. Kehilangan berlebihan akibat perdarahan (divertikulum Meckel / poliposis dsb).

▶Anak umur 5 tahun-remaja

1. Kehilangan berlebihan akibat perdarahan(a.l infestasi cacing tambang) dan,

2. Menstruasi berlebihan pada remaja puteri.

Menangani anemia defisiensi besi

Penanganan anak dengan anemia defisiensi besi yaitu:

1. Mengatasi faktor penyebab.

2. Pemberian preparat besi

Dapat diberikan secara oral berupa besi elemental dengan dosis 3 mg/kgBB sebelum makan atau 5 mg/kgBB setelah makan dibagi dalam 2 dosis.

Diberikan sampai 2-3 bulan sejak Hb kembali normal
Pemberian vitamin C 2X50 mg/hari untuk meningkatkan absorbsi besi.

Pemberian asam folat 2X 5-10 mg/hari untuk meningkatkan aktifitas eritropoiesis
Hindari makanan yang menghambat absorpsi besi (teh, susu murni, kuning telur, serat) dan obat seperti antasida dan kloramfenikol.
Banyak minum untuk mencegah terjadinya konstipasi (efek samping pemberian preparat besi).

Pemberian zat besi pada bayi ASI.

Dosis dan lama pemberian.

Bayi berat lahir rendah < 2500 gr* dosis : 3 mg/kgBB dari usia 1 bulan hingga 2 tahun, setiap hari.

Bayi cukup bulan* dosis : 2 mg/kgBB dari usia 4 bulan hingga2 tahun, setiap hari.

Usia  2-5 tahun dosis : 1 mg/kgBB, dua kali.
perminggu, selama 3 bulan berturut-turut setiap tahun
usia > 5-12 tahun dosis : 1 mg/kgBB dua kali .

Perminggu selama 3 bulan berturut-turut.
usia 12-18 tahun dosis : 60 mg/hari, dua kali perminggu selama 3 bulan berturut-turut.

Dosis maksimum untuk bayi: 15 mg/hari, dosis tunggal.

Efek samping pemberian zat besi adalah konstipasi, karena itu sering kali disarankan setelah pemberian makan buah (yang mengandung vit C, yang dapat mengatasi efek samping dan memperbaiki penyerapan zat besi)
bila bayi atau anak sedang mengalami penyakit kronis atau infeksi disarankan untuk tidak mengkonsumsi zat besi.

Dosis zat besi Sumber : Satgas ADB PP IDAI , WHO

✒ dr. Emi Um Khonsa

______________Halaman 2

bit.ly/Majmuah_Bikum

Majmu'ah BIKUM

      ~بسم الله الرحمن الرحيم~

Senin, 16 Rabi' Al Awwal 1437H / 28 Desember 2015.

              Majmu'ah BIKUM
{Berbagi Info Kesehatan Untuk Muslimah}

                  

Masalah Gizi pada Bayi Balita Indonesia
                (Bagian 3)
__________________________

Masalah kedua adalah :

2⃣. Angka bayi/balita stunting atau pendek di Indonesia sangat tinggi.

Berdasarkan statistik UNICEF dan Kementerian Kesehatan, sepertiga bayi/balita di Indonesia (angka pastinya sekitar 35,6%) mengalami stunting atau bayi pendek. Oleh karena kasus tingginya angka ini, sampai-sampai lembaga internasional seperti UNICEF dan Uni Eropa tahun lalu membuat kerjasama khusus untuk membantu menekan angka stunting di Indonesia.

Apa efek dari bayi stunting?

Bayi/balita yang mengalami stunting memiliki potensi tumbuh kembang yang tidak sempurna, kemampuan motorik rendah, mempunyai produktivitas yang rendah dan memiliki risiko untuk menderita penyakit tidak menular.

Kalau kita ambil data dari WHO, sepertiga anak Indonesia yang mengalami stunting itu, pada umur 5 bulan sudah kekurangan tinggi badan sekitar sekitar 7 cm. Dan pada umur 17 tahun dia sudah kehilangan hampir 14 cm. Rata-rata penyebab stunting adalah standar pemberian asupan yang kurang tepat, termasuk pemberian MPASI yang tidak memenuhi salah satu elemen penting pertumbuhan yaitu: protein.

Penting diketahui,  bahwa protein untuk bayi di bawah 1 tahun menyumbang 60-75% terhadap proses pertumbuhan? Jadi, akan sangat berpengaruh jika protein terlambat diberikan. Berdasarkan fakta-fakta di lapangan inilah maka AIMI mensupport pemerintah untuk mengedukASI pemberian MPASI dengan metode WHO.

Karena salah satu cara untuk memperbaiki angka-angka statistik di atas adalah dengan fokus pada edukASI pemberian asupan yang benar dalam 1000 hari pertama kehidupan anak sesuai program pemerintah “Gerakan Nasional Sadar Gizi” .

Dalam program ini meliputi pemberian ASI hingga dua tahun dan pemberian MPASI yang benar.

والله أعلم بالصواب.

〰〰〰〰〰〰〰〰
✔dr. Emi Um Khonsa, Telah dikoreksi oleh dr. Agustin Aisyah, Sp. PK, M. Kes

bit.ly/Majmuah_Bikum

Majmu'ah BIKUM

      ~بسم الله الرحمن الرحيم~

Kamis, 19 Rabi' Al Awwal 1437H / 31 Desember 2015.

              Majmu'ah BIKUM
{Berbagi Info Kesehatan Untuk Muslimah}

                  

Masalah Gizi pada Bayi Balita Indonesia
                (Bagian 4)
__________________________

Berikut adalah panduan pemberian MPASI menurut WHO , menurut dokumen FB AIMI.

✔Panduan Umum WHO tentang MPASI.

Poin-poin penting Infant and Young Child Feeding dari WHO terbagi atas 7 aspek: Age, Frequency, Amount, Texture, Variety, Active/Responsive dan Hygiene. Mari kita bahas bersama-sama setiap aspeknya berikut ini.

▶ 1. AGE atau USIA:

MPASI diberikan pada saat yg tepat, yaitu usia 6 bulan. Jika MPASI diberikan sebelum usia 6 bulan resikonya antara lain adalah sebagai berikut:

Pemberian makan setelah bayi berumur 6 bulan memberikan perlindungan besar dari berbagai penyakit. Hal ini disebabkan sistem imun bayi kurang dari 6 bulan belum sempurna.

Pemberian MPASI dini sama saja dengan membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman, apalagi jika tidak disajikan higienis. Hasil riset terakhir di Indonesia menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan MPASI sebelum ia berumur 6 bulan, lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas dibandingkan bayi yang hanya mendapatkan ASI Eksklusif.

Menyulitkan ibu mempertahankan produksi ASI karena bayi yang sudah mendapatkan MPASI biasanya akan berkurang kebutuhan menyusunya.

Saat bayi berumur 6 bulan keatas, sistem pencernaannya sudah relatif sempurna dan siap menerima MPASI. Beberapa enzim pemecah protein seperti asam lambung, pepsin, lipase, enzim amilase, dsb baru akan diproduksi sempurna pada saat ia berumur 6 bulan.

Mengurangi resiko terkena alergi akibat pada makanan. Saat bayi berumur kurang dari 6 bulan, sel-sel di sekitar usus belum siap untuk kandungan dari makanan. Sehingga makanan yg masuk dapat menyebabkan reaksi imun dan
terjadi alergi.

Pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan akan mencegah potensi obesitas pada anak

Menunda pemberian MPASI hingga 6 bulan melindungi bayi dari obesitas di kemudian hari. Proses pemecahan sari-sari makanan yg belum sempurna. Pada beberapa kasus yg ekstrim ada juga yg perlu tindakan bedah akibat pemberian MPASi terlalu dini. Dan banyak sekali alasan lainnya mengapa MPASI baru boleh diperkenalkan pada anak setelah ia berumur 6 bulan.

☝Kalau MPASI diberikan terlambat resikonya: bayi tidak mendapat cukup nutrisi untuk pertumbuhan, tumbuh kembang lebih lambat lambat, malnutrisi dan defisiensi gizi seperti zat besi.

▶ 2. FREQUENCY atau FREKUENSI:

Perhatikan frekuensi pemberian MPASI. Di awal mulai makan (umur 6 bulan),1-2 kali makan /hari. Lalu ditambah jadi 2-3 kali makan plus 1-2 kali makanan ringan. Sejak umur 9 bulan berikan 3 kali makan dan 2 kali selingan makanan ringan. Umur 1 tahun ke atas, berikan 3-4 kali makan dan 2 kali selingan.

▶ 3. AMOUNT atau JUMLAH:

Jumlah makanan tentu harus diperhatikan. Saat baru mulai makan, mulai dgn sesuai selera bayi, lalu tingkatkan secara bertahap.Umur 6 bulan mulai dengan 2-3 sendok makan setiap kali makan. Perhatikan petunjuk yang diberikan bayi Anda untuk tahu kapan harus menurunkan atau meningkatkan porsi.

Tingkatkan secara bertahap sampai setengah mangkok ukuran 250 ml utk usia 6-9 bulan. Setelah umur 1 tahun, porsi rata-rata 1 mangkok ukuran 250 ml.

والله أعلم بالصواب.

〰〰〰〰〰〰〰〰
✔dr. Emi Um Khonsa, Telah dikoreksi oleh dr. Agustin Aisyah, Sp. PK, M. Kes

bit.ly/Majmuah_Bikum

Majmu'ah BIKUM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar