Jumat, 09 Agustus 2019

TIPS KUPAS KENTANG DAN TELUR REBUS

*🍋🥚TIPS KUPAS KENTANG DAN TELUR REBUS🔰*

Kentang rebus atau telur rebus yang masih panas sulit dikupas.
Jika dipaksakan juga dikupas dengan segera, biasanya hasilnya tidak mulus.
Tiriskan kentang atau telur rebus dari air rebusan, kemudian letakkan di mangkok berisi air es dan beberapa bongkah es batu.
Cara ini menjadikan suhu kulit kentang dan cangkang telur turun. Kulit dan cangkang pun terlepas dari daging kentang atau telur. Biarkan beberapa menit, insya Allah telur lebih mudah dikupas setelahnya.
Untuk kentang, sayat kulitnya memutar. Kulitnya akan bisa ditarik seperti melepas kaos tangan, dan daging kentang tetap hangat.

Sumber :http://qonitah.com/tips-manfaat-edisi-04/

TURUT BERBAGI :

👉https://dapoerikhwansalafiyyindis.000webhostapp.com

👉https://t.me/dapoerikhwansalafiyyin

*🥦DAPOER IKHWAN SALAFIYYIN🥦*

🍴🍽🥃🍚🍲🍜🍝🍔🌮🥙

Jumat, 02 Agustus 2019

Ringkasan Ilmu Sorof

RINGKASAN ILMU SHOROF

Ilmu Shorof yaitu ilmu tentang perubahan kata dari asal katanya kepada bentuk-bentuk lainnya sesuai dengan makna yang dikehendaki.
Contoh :
نصر ( telah menolong ), bisa diubah kepada makna-makna yang lainnya, seperti :
ينصر ( sedang menolong )
انصر( tolonglah )
ناصر ( sang penolong )
منصور ( pihak yang ditolong ), dan lain-lainnya.

WAZAN DAN MAUZUN
Kata  dalam bahasa ‘arab memiliki irama atau rumus yang disebut WAZAN ( الوزن ), contoh :
نَصَرَ - كَتَبَ - دَرَسَ - قَعَدَ - خَلَقَ - أَمَلَ
semuanya berwazan : فَعَلَ .
Dengan demikian, kata-kata :
نصر - كتب - درس - قعد - خلق - أمل
adalah MAUZUN ( المَوْزُوْنُ ) dari wazan فعَل , di mana huruf pertamanya disebut FA’ FI’IL, huruf yang kedua disebut ‘AIN FI’IL dan huruf yang ketiga disebut LAM FI’IL.

PEMBAGIAN KATA
Kata dalam bahasa ‘arab terbagi menjadi tiga, yaitu :
1. Isim ( الإِسْمُ ) atau kata benda
2. Fi’il ( الْفِعْلُ ) atau kata kerja
3. Huruf ( الْحَرْفُ ) yaitu huruf yang memiliki makna.
Isim terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Isim Jamid ( الجَامِدُ ) yaitu yang tidak berasal dari kata yang lainnya,
contoh : الحجر .
2. Isim Musytaq ( المُشْتَقُّ ) yaitu yang berasal dari kata yang lainnya,
contoh : نَاصِرٌ ( penolong ) berasal dari kata نَصَرَ ( menolong ).
Sedangkan Fi’il dilihat dari waktu terjadinya dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Madhi ( الْمَاضِي ) yaitu kata kerja lampau
2. Mudhori’ ( الْمُضَارِعُ ) yaitu kata kerja sekarang atau akan.
3. Amr ( الأَمْرُ ) yaitu kata kerja perintah.
Fi’il dilihat dari Jumlah Huruf Aslinya terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Tsulatsi (الثُّلاَثِيُّ ) yaitu fi’il yang jumlah huruf aslinya tiga, contoh : نَصَرَ . 
2. Ruba’i ( الرُّبَاعِيُّ ) yaitu fi’il yang huruf aslinya empat, contoh : دَحْرَجَ
Fi’il Tsulatsi maupun Ruba’i terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Mujarrod ( الْمُجَرَّدُ ) yaitu bila semua hurufnya asli, contoh : نَصَرَ dan دَحْرَجَ
2. Mazid ( الْمَزِيْدُ ) yaitu bila telah mengalami penambahan, contoh : تَنَاصَرَ
dan تَدَحْرَجَ .

TASHRIF FI’IL
Tashrif ( التصريف ) yaitu perubahan. Perubahan yang terjadi pada fi’il, yang pokok meliputi perubahan dari fi’il madhi ke fi’il mudhori’ dan fi’il amr, contoh : اُنْصُرْ - يَنْصُرُ - نَصَرَ

TASHRIF FI’IL TSULATSI MUJARROD
Fi’il Tsulatsi Mujarrod memiliki 6 wazan yang kesemuanya bersifat SIMA’I, yaitu kita hanya mendengar dan mengikutinya dari orang-orang ‘arab terdahulu atau merujuk kepada kamus.
Wazan-wazannya yaitu :
Pertama : اُفْعُلْ - يَفْعُلُ - فَعَلَ
Contoh : نصر - ينصر - انصر
Kedua : فَعَلَ - يَفْعِلُ - اِفْعِلْ
Contoh : ضرب - يضرِب - اضرب
Ketiga : فَعَلَ - يَفْعَلُ - اِفْعَلْ
Pada wazan ini ‘ain fi’il atau lam fi’il-nya berupa huruf halqi, (حلق)     yaitu :
هـ  - غ - ع - خ - ح - أ
Contoh : افتح - يفتح - فتح
Keempat : اُفْعُلْ - يَفْعُلُ - فَعُلَ
Contoh : احسن - يحسن - حسن
Kelima : اِفْعَلْ - يَفْعَلُ - فَعِلَ
Contoh :  اِعْلَمْ- يعلم -  عَلِمَ
Keenam : اِفْعِلْ - يَفْعِلُ - فَعِلَ
Contoh :  احسب - يحسب  - حسب
Mauzun pada wazan  ini dapat diwazankan pula dengan wazan : يفعَل - فَعِلَ

FI’IL TSULATSI MAZID DENGAN TAMBAHAN 1 HURUF
Fi’il Tsulatsi Mazid dengan penambahan 1 huruf ada tiga wazan, yaitu :
فَعِّلْ - يُفَعِّلُ - فَعَّلَ
فَاعِلْ - يُفَاعِلُ - فَاعَلَ
أَفْعِلْ - يُفْعِلُ - أَفْعَلَ
Pertama : فعّل - يفعّل - فعّل
dengan penambahan syaddah, memiliki makna merubah fi’il lazim ( in-transitif ) menjadi fi’il muta’addi ( transitif ), contoh :
Kata فرِح bermakna “gembira”, bila diubah menjadi فرّح bermakna “menggembirakan”.
Bila fi’il aslinya sudah muta’addi, maka penambahan syaddah ini ber- makna ” intensitas “ atau “ berkali-kali ”, contoh :
Kata قطَع bermakna “memotong” bila diubah menjadi قطّع bermakna “memotong-motong “.
Dan masih ada beberapa makna lainnya.
Kedua : فاعل - يفاعل - فاعل
dengan penambahan alif, memiliki makna musyarokah atau “ saling “, contoh :
Kata قتَل bermakna “membunuh” bila diubah menjadi قاتل bermakna “ sa- ling membunuh “ atau “ berperang “.
Dan masih ada beberapa makna yang lainnya.
Ketiga : أفعل - يفعل - أفعل
dengan penambahan hamzah memiliki makna merubah fi’il lazim ( in-transitif ) menjadi fi’il muta’addi ( transitif ), contoh :
Kata كرُم bermakna “mulia”, bila diubah menjadi أكرم      bermakna “memuliakan”.
Dan masih ada makna-makna yang lainnya.
Di antara ciri fi’il tsulatsi mazid dengan penambahan 1 huruf ini yaitu HURUF AWAL pada fi’il mudhori’-nya selalu di-DHOMMAH.

FI’IL TSULATSI MAZID DENGAN PENAMBAHAN 2 HURUF
Fi’il Tsulatsi Mazid dengan penambahan 2 huruf ada lima wazan, yaitu :
تَفَعَّلَ - يَتَفَعَّلُ - تَفَعَّلْ
تَفَاعَلْ - يَتَفَاعَلُ- تَفَاعَلَ
اِفْتَعِلْ - يَفْتَعِلُ - اِفْتَعَلَ
اِنْفَعِلْ - يَنْفَعِلُ - اِنْفَعَلَ
اِفْعَلَّ - يَفْعَلُّ - اِفْعَلَّ
Pertama : تفعّل - يتفعّل - تفعّل
dengan penambahan ta’ dan syaddah memiliki makna takalluf atau “berupaya”, contoh :
Kata علِم bermakna “mengetahui”, bila diubah menjadi تعلّم bermakna “berupaya untuk tahu” atau “belajar”.
Dan masih ada beberapa makna lainnya.
Kedua : تفاعل -يتفاعل - تفاعل
Dengan penambahan ta’ dan alif memiliki makna musyarokah atau “saling” antara dua pihak atau lebih, contoh :
kata ضرب yang bermakna “memukul”, bila diubah menjadi تضارب bermakna “saling memukul” antara dua pihak atau lebih.
Dan masih ada beberapa makna yang lainnnya.
Ketiga : افتعل - يفتعل - افتعل
dengan tambahan hamzah dan ta’ memiliki makna muthowa’ah atau “hasil perbuatan”, contoh :
kata جمع yang bermakna “mengumpulkan” bila diubah menjadi اجتمع bermakna “terkumpul”.
Dan masih ada beberapa makna yang lainnya.
Keempat : انفعل - ينفعل - انفعل
dengan tambahan hamzah dan nun memiliki makna muthowa’ah atau “hasil perbuatan”, contoh :
Kata كسر bermakna “memecahkan”, bila diubah menjadi انكسر bermaknma “terpecah”.
Dan masih da beberapa makna yang lainnya.
Kelima : افعلّ - يفعلّ - افعلّ
dengan tambahan hamzah dan syaddah memiliki makna mubalaghoh atau “sangat”, contoh :
Kata حمر bermakna “merah”, bila diubah menjadi احمرّ bermakna “sangat merah”. Wazan ini khusus untuk warna, perhiasan dan cacat fisik.

FI’IL TSULATSI MAZID DENGAN PENAMBAHAN 3 HURUF
Fi’il Tsulatsi Mazid dengan tambahan 3 huruf ada empat wazan, yaitu :
اِسْتَفْعِلْ - يَسْتَفْعِلُ - اِسْتَفْعَلَ
اِفْعَوْعِلْ - يَفْعَوْعِلُ - اِفْعَوْعَلَ
اِفْعَوِّلْ - يَفْعَوِّلُ - اِفْعَوَّلَ
اِفْعَالَّ - يَفْعَالُّ - اِفْعَالَّ
Pertama : ستفعلا -يستفعل -استفعل
dengan penambahan hamzah, sin dan ta’ memiliki makna tholab atau permintaan, contoh :
Kata غفر bermakna “mengampuni”, bila diubah menjadi استغفر bermakna “minta ampun”.
Dan masih ada beberapa makna lainnya.
Kedua : افعوعل -يفعوعل -فعوعلا
dengan penambahan hamzah, wawu dan penggandaan ‘ain fi’il-nya memiliki makna mubalaghoh atau “sangat”, contoh :
kata عشِب bermakna “tumbuh rumput”, bila diubah menjadi اعشوشب bermakna “banyak tumbuh rumput”.
Dan masih ada beberapa makna yang lainnya.
Ketiga : افعوّل - يفعوّل - افعوّل
Dengan penambahan hamzah dan wawu bersyaddah, memiliki makna mubalaghoh atau “sangat”, contoh :
Kata خرَط bermakna “redup”, bila diubah menjadi اخروّط bermakna “sangat redup”.
Keempat : افعالّ - يفعالّ - فعالّا
dengan penambahan hamzah, alif dan syaddah memiliki makna mubalaghoh atau “sangat”, contoh :
Kata حمِر bermakna “merah”, bila diubah menjadi احمرّ bermakna “sangat merah” dan menjadi احمارّ bermakna “sangat amat merah”.

FI’IL RUBA’I MUJARROD
Fi’il Ruba’i Mujarrod hanya memiliki satu wazan, yaitu :  يُفَعْلِلُ - فَعْلِلْ- فَعْلَلَ
Contoh : دحرج - يدحرج - دحرج

FI’IL RUBA’I MAZID DENGAN PENAMBAHAN 1 HURUF
Fi’il Ruba’i Mazid dengan penambahan 1 huruf hanya ada satu wazan, yaitu :  تَفَعْلَلْ- يَتَفَعْلَلُ -  تَفَعْلَلَ
dengan penambahan ta’ memiliki makna muthowa’ah atau ” hasil perbua tan”, contoh :
Kata دحرج bermakna “menggulingkan”, bila diubah menjadi تدحرج bermakna “terguling”.

FI’IL RUBA’I MAZID DENGAN PENAMBAHAN 2 HURUF
Fi’il Ruba’i Mazid dengan penambahan 2 huruf ada dua wazan, yaitu :
  اِفْعَنْلِلْ- يَفْعَنْلِلُّ -اِفْعَنْلَلَ
اِفْعَلِلَّ  - يَفْعَلِلُّ  - اِفْعَلَلَّ
Pertama : فعنللا -يفعنلل - افعنلل
dengan penambahan hamzah dan nun memiliki makna muthowa’ah atau hasil perbuatan, contoh :
Kata حرجم bermakna “mengumpulkan unta”, bila diubah menjadi احرنجم bermakna “terkumpul” atau “berdesakan”.
Kedua : افعللّ - يفعللّ - افعللّ
dengan penambahan hamzah dan syaddah memiliki makna mubalaghoh atau “sangat”, contoh :
Kata قشعر bermakna “berkerut”, bila diubah menjadi اقشعرّ bermakna “sangat berkerut”.

FI’IL MAJHUL
Fi’il-fi’il yang telah kita bahas pada pembahasan yang lalu adalah FI’IL MA’LUM ( الفعل المعلوم ) atau kata kerja aktif. Fi’il-fi’il ma’lum tersebut dapat diubah menjadi FI’IL MAJHUL (  المجهولالفعل) atau kata kerja pasif.
Untuk merubah fi’il madhi yang ma’lum menjadi fi’il madhi yang majhul adalah dengan mengikuti kaidah berikut :
DIKASROH HURUF SEBELUM AKHIRNYA
DAN DIDHOMMAH SELURUH HURUF HIDUP SEBELUMNYA.
Contoh :
Kata اِسْتَغْفَرَ bermakna “telah memohon ampunan”, bila diubah ke fi’il majhul menjadi : اُسْتُغْفِرَ bermakna “telah dimintai ampunan”.
Untuk fi’il mudhori’ ma’lum bila hendak dibuat menjadi fi’il mudhori’ majhul adalah dengan mengikuti kaidah :
DIDHOMMAH AWALNYA
DAN DIFATHAH HURUF SEBELUM AKHIRNYA.
Contoh :
Kata يَسْتَغْفِرُ bermakna “sedang / akan memohon ampunan”, bila dibuat fi’il majhul menjadi : يُسْتَغْفَرٌ bermakna “sedang / akan dimintai ampunan”.
Sedangkan fi’il Amr tidak dapat dibuat MAJHUL.
DHOMIR ( KATA GANTI )
Kata Ganti ضمير terbagi menjadi tiga, yaitu :
1. Munfashil ( منفصل ), yaitu yang bisa berdiri sendiri.
2. Muttashil ( المتصل ), yaitu yang tidak bias berdiri sendiri.
3. Mustatir ( مستتر ), yaitu yang menyatu dengan fi’il.
Dhomir Munfasil yaitu :
- Untuk orang ke-III laki-laki : هُوَ - هُمَا - هُمْ
- Untuk orang ke-III wanita : هِيَ - هُمَا - هُنَّ
- Untuk orang ke-II laki-laki : أَنْتَ - أَنْتُمَا - أَنْتُمْ
- Untuk orang ke-II wanita : أَنْتِِ - أَنْتُمَا - أَنْتُنَّ
- Untuk orang ke-I : أَنَا - نَحْنُ
Jadi dhomir munfashil adalah :
هو – هما – هم – هي – هما – هن – أنتَ – أنتما – أنتم – أنتِ – أنتما – أنتن – أنا - نحن
Dhomir Muttashil yaitu :
- Untuk orang ke-III laki-laki : هُِ - هُِمَا - هُِمْ
- Untuk orang ke-III wanita : هَا - هُِمَا - هُِنَّ
- Untuk orang ke-II laki-laki : كَ - كُمَا - كُمْ
- Untuk orang ke-II wanita : كِ - كُمَا - كُنَّ
- Untuk orang Ke-I : يَ - نَا
Jadi dhomir muttashil yaitu :
هُِ – هُِما – هُِم – ها – هُِما – هُِنّ – كَ – كما – كم – كِ – كما – كنّ – يَ - نَا
Ada pun fi’il, maka setiap fi’il mengandung dhomir, contoh :
Kata نصر mengandung dhomir هو sehingga bermakna : “dia seorang laki-laki telah menolong”.
TASHRIF FI’IL MADHI BERIKUT DHOMIRNYA
Tashrif fi’il madhi bersama dengan dhomirnya, yaitu :
- untuk orang ke-III laki-laki :
فعلَ contoh : نصر , dhomirnya : هو
فعلاَ contoh : نصرا , dhomirnya :هما
فعلُوْا contoh : نصروا , dhomirnya : هم
- untuk orang ke-III wanita :
فعلَتْ contoh : نصرت , dhomirnya : هي
فعلَتَا contoh : نصرتا , dhomirnya : هما
فعلْنَ contoh : نصرن , dhomirnya : هنّ
- untuk orang ke-II laki-laki :
فعلْتَ contoh : نصرت , dhomirnya : أنتَ
فعلْتُمَا contoh : نصرتما , dhomirnya : أنتما
فعلْتُمْ contoh : نصرتم , dhomirnya : أنتم
- untuk orang ke-II wanita :
فعلْتِ contoh : نصرت , dhomirnya : أنتِ
فعلْتُمَا contoh : نصرتما , dhomirnya : أنتما
فعلْتُنَّ contoh : نصرتن, dhomirnya : أنتنّ
- untuk orang ke-I :
فعلْتُ contoh : نصرت , dhomirnya : أنا
فعلْنَا contoh : نصرنا , dhomirnya : نحن
Sehingga tashrif fi’il madhi berikut dhomirnya yaitu :
فعلَ – فعلاَ – فعلُوْا – فعلَتْ – فعلَتَا – فعلْنَ
فعلْتَ – فعلْتُمَا – فعلْتُمْ – فعلْتِ – فعلْتُمَا – فعلْتُنَّ – فعلْتُ - فعلْنَا
TASHRIF FI’IL MUDHORI’ BERSAMA DENGAN DHOMIRNYA
Tashrif fi’il mudhori’ bersama dengan dhomirnya, yaitu :
- untuk orang ke-III laki-laki :
يفعلُ contoh : ينصر , dhomirnya : هو
يفعلاَنِ contoh : ينصران , dhomirnya :هما
يفعلُوْنَ contoh : ينصرون , dhomirnya : هم
- untuk orang ke-III wanita :
تفعلُ contoh : تنصر , dhomirnya : هي
تفعلاَنِ contoh : تنصران , dhomirnya : هما
يفعلْنَ contoh : ينصرن , dhomirnya : هن
- untuk orang ke-II laki-laki :
تفعلُ contoh : تنصر , dhomirnya : أنتَ
تفعلاَنِ contoh : تنصران , dhomirnya : أنتما
تفعلُوْنَ contoh : تنصرون , dhomirnya : أنتم
- untuk orang ke-II wanita :
تفعلِيْنَ contoh : تنصرين , dhomirnya : أنتِ
نفعلاَنِ contoh : تنصران , dhomirnya : أنتما
تفعلْنَ contoh : تنصرن, dhomirnya : أنتن
- untuk orang ke-I :
أفعلُ contoh : أنصر , dhomirnya : أنا
نفعلُ contoh : ننصر , dhomirnya : نحن
Sehingga tashrif fi’il madhi berikut dhomirnya yaitu :
يفعلُ – يفعلاَنِ – يفعلُوْنَ – تفعلُ – تفعلاَنِ – يفعلْنَ
تفعلُ – تفعلاَنِ – تفعلُوْنَ – تفعلِيْنَ – تفعلاَنِ – تفعلْنَ – أفعلُ - نفعلُ
TASHRIF FI’IL BERSAMA DENGAN DHOMIRNYA
Fi’il Amr asli hanya mengandung dhomir orang ke-II, karena perintah pada asalnya ditujukan kepada orang ke-II.
Tashrif fi’il Amr yaitu :
- untuk orang ke-II laki-laki :
اُفْعُلْ contoh : انصر dhomirnya : أنتَ
اُفْعُلاَ contoh : انصرا dhomirnya : أنتما
اُفْعُلُوْا contoh : انصروا dhomirnya : أنتم
- untuk orang ke-II wanita :
اُفْعلِيْ contoh : انصري dhomirnya : أنتِ
اُفْعُلاَ contoh : انصرا dhomirnya : أنتما
اُفْعُلْنَ contoh : انصرن dhomirnya : أنتن
sehingga tashrif fi’il amr bersama dhomirnya yaitu :
افعلْ – افعلاَ – افعلُوْا – افعلِيْ – افعلاَ - افعلْنَ
LAM AMR dan لا NAHIYAH
Fi’il mudhori’ dapat kemasukan LAM AMR, yaitu huruf lam untuk menyatakan perintah dengan ada beberapa perubahan di akhir katanya karena pengaruh lam amr tersebut.
Contoh :
Kata يَنْصُرُ bermakna “dia sedang / akan menolong”, bila ditambahkan lam amr maka menjadi لِيَنْصُرْ bermakna “hendaklah dia menolong”.
Berikut tashrif fi’il mudhori’ dengan tambahan lam amr :
لِيفعلْ – لِيفعلاَ – لِيفعلُوْا – لِتفعلْ – لِتفعلاَ – لِيفعلْنَ
لِتفعلْ – لِتفعلاَ – لِتفعلُوْا – لِتفعلِيْ – لِتفعلاَ – لِتفعلْنَ – ِلأفعلْ - لِنفعلْ
Demikian pula fi’il mudhori’ bila kemasukan laa nahiyah atau لا yang bermakna larangan, contoh :
Kata ينصر bermakna “dia sedang / akan menolong” bila ditambahkan لا nahiyah maka menjadi لا يَنْصُرْ bermakna “janganlah dia menolong !”.
Berikut tashrif fi’il mudhori’ dengan tambahan laa nahiyah :
لاَ يفعلْ – لا يفعلاَ – لا يفعلُوْا – لا تفعلْ – لا تفعلاَ – لا يفعلْنَ
لا تفعلْ – لا تفعلاَ – لا تفعلُوْا – لا تفعلِيْ – لا تفعلاَ – لا تفعلْنَ – لا أفعلْ – لا نفعلْ
Adapun tambahan لا nafiyah dan ما nafiyah yang bermakna meniadakan, tidak merubah keadaan akhir katanya, contoh :
Kata يَنْصُرُ bermakna “dia sedang / akan menolong” bila ditambahkan لا nafiyah atau ما nafiyah menjadi لا يَنْصُرُ ما يَنْصُرُ \ bermakna “dia tidak sedang / akan menolong”.
NUN TAUKID
Nun Taukid adalah nun penegas yang bermakna “sungguh” yang masuk kepada fi’il mudhori’ dan fi’il amr. Nun Taukid ada dua macam, yaitu :
1. Khofifah ( الخفيفة ) atau nun penegas yang ringan, yaitu : نْ
2. Tsaqilah ( الثقيلة ) atau nun penegas yang berat, yaitu : نّ
Contoh :
Kata يَنْصُرُ bermakna “dia sedang / akan menolong”, bila ditambahkan nun taukid menjadi ينصرَنْ bermakna “ sesungguhnya dia sedang / akan menolong ” dan ينصرَنَّ bermakna “ sesungguhnya dia benar-benar sedang / akan menolong ”.
Bila ditambahkan di depan fi’il mudhori’nya lam ibtida’ yang juga berfungsi mempertegas maka bermakna “sedang”, contoh :
لَيَنْصُرَنَّ bermakna : “sesungguhnya kalian benar-benar sedang menolong”
Tashrif fi’il mudhori’ dengan nun taukid khofifah yaitu :
يفعلَنْ – ( هما ) - يفعلُنْ – تفعلَنْ – ( هما ) – ( هن )
تفعلَنْ – ( أنتما ) – تفعلُنْ – تفعلِنْ – ( أنتما ) – ( أنتن ) – أفعلَنْ - نفعلَنْ
Untuk dhomir هما , هن , أنتما , أنتن tidak bisa ditambahkan nun taukid khofifah
Tashrif Fi’il Amr dengan Nun Taukid Khofifah, yaitu :
افعلَنْ – ( أنتما ) – افعلُنْ – افعلِنْ – ( أنتما ) – ( أنتن )
Untuk dhomir أنتما dan أنتن tidak dapat dimasuki nun taukid khofifah.
Sedangkan tahsrif fi’il mudhori’ dengan nun taukid tsaqilah yaitu :
يفعلَنَّ – يفعلانِّ – يفعلُنَّ – تفعلَنَّ – تفعلانِّ – يفعلْنَانِّ
تفعلَنَّ – تفعلانِّ – تفعلُنَّ – تفعلِنَّ – تفعلانِّ – تفعلْنَانِّ – أفعلَنَّ - نفعلَنَّ
Tashrif fi’il amr dengan nun taukid tsaqilah yaitu :
افعلَنَّ – افعلانِّ – افعلُنَّ – افعلِنَّ – افعلانِّ - افعلْنَانِّ
ISIM MUSYTAQ
Isim musytaq adalah isim atau kata benda yang berasal dari fi’il, yaitu : isim mashdar, isim mashdar mim, isim fa’il, isim maf’ul, isim makan, isim zaman, isim alat dan isim tafdhil.
MASHDAR
Mashdar ( المصدر ) adalah fi’il yang dibuat menjadi isim, contoh :
Kata نَصَرَ bermakna “menolong” maka mashdarnya yaitu نَصْرًا bermakna “pertolongan”.
CATATAN :
Mashdar dalam deret tashrif selalu disebutkan dengan kondisi akhir kata yang difathah ( nashob ) namun dalam penerapannya tidak selalu fathah.
MASHDAR FI’IL TSULATSI MUJARROD
Untuk fi’il tsulatsi mujarrod, mashdarnya bersifat sima’i, yaitu kita hanya mengikuti kebiasaan orang ‘arab kuno, namun rumus umumnya adalah : فَعْلاً .
Contoh :
Kata ضَرَبَ bermakna “telah memukul”, mashdarnya : ضَرْبًا bermakna “pemukulan” atau “pukulan”.
CATATAN :
Terkadang suatu fi’il tsulatsi mujarrod memiliki lebih dari satu mashdar.
Untuk fi’il-fi’il yang lebih dari 3 huruf, mashdarnya memakai kaidah umum :
DITAMBAHKAN ALIF SETELAH HURUF SEBELUM AKHIRNYA
DAN DIKSROH SELURUH HURUF HIDUP SEBELUMNYA.
Contoh :
Mashdar dari أَكْرَمَ adalah : إِكْرَامًا
Mashdar dari اِسْتَغْفَرَ adalah : اِسْتِغْفَارًا
Mashdar dari دَحْرَجَ adalah : دِحْرَاجًا
Mashdar dari اِحْرَنْجَمَ adalah : اِحْرِنْجَامًا
Wazan فعّل memiliki mashdar tambahan :
تَفْعِيْلاً - تَفْعِلَةً – تَفْعَالاً - تِفْعَالاً
Contoh :
Mashdar dari فَسَّرَ “menerangkan” adalah :
تَفْسِيْرًا – تَفْسِرَةً – تَفْسَارًا - تِفْسَارًا
Sedangkan untuk pembuatan mashdar dari wazan فاعل bisa dilakukan dengan terlebih dahulu membuang alif-nya sehingga menjadi : فِعَالاً , atau dengan merubah alif-nya menjadi ya’ sehingga menjadi فِيْعَالاً .
Contoh :
Mashdar dari قَاتَلَ “memerangi” adalah : قِتَالاً atau قِيْتَالاً .
Untuk wazan فَعْلَلَ memiliki tambahan mashdar فَعْلَلَةً sehingga mashdarnya ada dua, yaitu : فِعْلاَلاً dan فَعْلَلَةً , contoh :
Kata دَحْرَجَ mashdarnya دِحْرَاجًا dan دَحْرَجَةً .
Wazan اِفْعَلَلَّ memiliki tambahan mashdar فُعَلْلِيْلِةً sehingga mashdarnya dua, yaitu : فُعَلْلِيْلَةً dan اِفْعِلْلاَلاً .
Contoh :
Kata اِقْشَعَرَّ mashdarnya : قُشَعْرِيْرَةً dan اِقْشِعْرَارًا .
Wazan mazid yang diawali ta’, yaitu : تفعلل , تفاعل , تفعّل dikecualikan dari kaidah mashdar umum di atas. Mashdarnya mengikuti kaidah :

DIDHOMMAH HURUF SEBELUM AKHIRNYA.
Contoh :
Kata تَعَلَّمَ “belajar” mashdarnya adalah : تَعَلُّمًا .
Kata تضارب “saling memukul” mashdarnya adalah : تَضَارُبًا .
Kata تدخرج “terguling” mashdarnya adalah تَدَحْرُجًا .
MASHDAR MARROH
Mashdar Marroh ( مصدر المرة ) adalah mashdar yang menyatakan tentang jumlah perbuatan.
Untuk fi’il tsulatsi mujarrod mengikuti wazan : فَعْلَةً , contoh :
Kata ضَرَبَ “memukul” mashdar marrohnya ضَربةً bermakna “sekali pukul”.
Mashdar Marroh untuk fi’il-fi’il yang lebih dari 3 huruf adalah dengan mengambil bentuk mashdar yang paling popular lalu ditambahkan ta’ marbuthoh setelahnya. Contoh :
Mashdar marroh فَسَّرَ “menerangkan” adalah تَفْسِيْرَةً “sekali menerangkan”.
Bila mashdar aslinya sudah ada ta’ marbuthoh-nya, maka ditambahkan “keterangan jumlah” padanya, contoh :
Mashdar Marroh dari دَحْرَجَ adalah دَحْرَجَةً وَاحِدَةً “sekali penggulingan”.
MASHDAR HAIAH
Mashdar Haiah ( مصدر الهيئة ) atau Mashdar Nau’ ( مصدر النوع ) adalah mashdar yang menerangkan sifat atau cara dari suatu perbuatan.
Untuk fi’il tsulatsi mujarrod mengikuti wazan فِعْلَةً . Contoh :
Kata ضَرَبَ mashdar haiahnya adalah ضِرْبَةً “suatu cara memukul”.
Dan terkadang ditambahkan sifat padanya, contoh : ضِرْبَةً شَدِيْدَةً “dengan pukulan yang keras”.
Untuk fi’il-fi’il yang lebih dari 3 huruf, mashdar haiah-nya adalah dengan ditambahkan sifat padanya, contoh :
Kata دَحْرَجَ mashdar haiah-nya دَحْرَجَةً سَرِيْعَةً “penggulingan dengan cepat”.
MASHDAR MIM
Mashdar Mim ( مصدلا الميم ) adalah mashdar yang diawali dengan huruf mim.
Untuk fi’il tsulatsi mujarrod adalah dengan mengikuti wazan : مَفْعَلاً , contoh :
Mashdar mim dari نَصَرَ adalah مَنْصَرًا .
Mashdar mim untuk fi’il yang lebih dari tiga huruf adalah dengan meng- ikuti kaidah :
DITAMBAH MIM DHOMMAH PADA AWALNYA
Contoh :
Mashdar mim dari دَحْرَجَ adalah : مُدَحْرَجًا .
Bila ada tambahan hamzah di awal wazannya, maka sebelum ditambah-kan mim dhommah di awalnya, huruf hamzah wazannya terlebih dahulu harus dibuang, contoh :
Mashdar Mim dari أَكْرَمَ ( memuliakan ) adalah مُكْرَمًا ( pemuliaan ).
ISIM FA’IL
Isim Fa’il ( اسم الفاعل ) yaitu isim yang bermakna pelaku perbuatan.
Untuk fi’il tsulatsi mujarrod adalah dengan mengikuti wazan : فَاعِلٌ , contoh :
Isim fa’il dari نَصَرَ adalah نَاصِرٌ “penolong”.
Isim Fa’il untuk fi’il-fi’il yang lebih dari tiga huruf adalah dengan mengikuti kaidah :
DITAMBAH MIM DHOMMAH DI AWALNYA
DAN DIKASROH HURUF SEBELUM AKHIRNYA
Contoh :
Isim Fa’il dari دَحْرَجَ adalah مُدَحْرِجٌ dan bermakna “yang menggulingkan”.
Bila terdapat huruf hamzah di awal wazannya, huruf hamzah-nya itu harus dibuang terlebih dahulu, contoh :
Isim fa’il dari أَكْرَمَ adalah مُكْرِمٌ bermakna “yang memuliakan”.
ISIM MAF’UL
Isim Maf’ul ( اسم المفعول ) yaitu isim yang bermakna obyek dari perbuatan.
Untuk fi’il tsulatsi mujarrod adalah dengan mengikuti wazan : مَفْعُوْلٌ , contoh :
Kata نَصَرَ isim maf’ul-nya adalah مَنْصُوْرٌ “yang ditolong”.
Untuk fi’il yang lebih dari tiga huruf, isim maf’ulnya mengikuti kaidah :
DITAMBAHKAN MIM DHOMMAH DI AWALNYA
DAN DIFATHAH HURUF SEBELUM AKHIRNYA
Contoh :
Kata دَحْرَجَ isim maf’ul-nya مُدَحْرَجٌ “yang digulingkan”.
Bila ada tambahan hamzah di awal wazannya, maka hamzah tersebut harus dibuang terlebih dahulu, contoh :
Kata أَكْرَمَ isim maf’ulnya مُكْرَمٌ “yang dimuliakan”.
SHIFAT MUSYABBAHAH
Ada di antara fi’il yang tidak mungkin memiliki isim fa’il maupun isim maf’ul, seperti kata ضَخُم ( gemuk ), namun fi’il semacam ini memiliki shifat mussyabbahah, yaitu sifat yang diserupakan dengan isim fa’il.
Shifat Musyabbahah ( الصفة المشبهة ) untuk fi’il tsulatsi mujarrod :
Untuk fi’il tsulatsi mujarrod berwazan فَعِلَ umumnya memakai wazan :
فَعِلٌ - أَفْعَلٌ - فَعْلاَنُ
Contoh :
فَرِحَ ( gembira ), shifat musyabbahah-nya : فَرِحٌ ( yang gembira )
حَمِرَ ( merah ), shifat musyabbahah-nya : أَحْمَرُ ( yang merah )
غَضِبَ ( marah ), shifat musyabbahah-nya : غَضْبَانُ ( yang marah )
Fi’il tsulatsi mujarrod berwazan فَعُلَ , shifat musyabbahah-nya umumnya berwazan :
فَعِيْلٌ - فَعْلٌ - فُعَالٌ - فَعَالٌ - فَعَلٌ - فُعَلٌ
Contoh :
كَرُمَ ( mulia ), shifat musyabbahahnya : كَرِيْمٌ ( yang mulia )
ضَخُمَ ( gemuk ), shifat musyabbahahnya : ضَخْمٌ ( yang gemuk )
شَجُعَ ( berani ), sifat musyabbahahnya : شُجَاعٌ ( yang berani / pemberani )
جَبُنَ ( takut ), shifat musyabbahahnya : جَبَانٌ ( yang penakut )
حَسُنَ ( bagus ), shifat musyabbahahnya : حَسَنٌ ( yang bagus )
حَلُوَ ( manis ), shifat musyabbahahnya : حُلْوٌ ( yang manis )
Ada juga shifat musyabbahah untuk wazan فعَل tetapi sedikit jumlahnya, contoh :
قَطَعَ ( pasti ), sifat musyabbahahnya : أَقْطَعُ ( yang pasti )
Dan masih ada sejumlah wazan shifat musyabbahah yang lainnya.
Sedangkan shifat musyabbahah pada fi’il yang lebih dari tiga huruf sama dengan wazan isim fa’il-nya, contoh :
Kata اِعْتَدَلَ ( lurus ) shifat musyabbahahnya : مُعْتَدِلٌ ( yang lurus )
ISIM MAKAN & ISIM ZAMAN
Isim Makan ( اسم المكان ) adalah isim yang menerangkan tentang tempat terjadinya perbuatan.
Isim Zaman ( اسم الزمان ) adalah isim yang menerangkan tentang waktu terjadinya perbuatan.
Bentuk Isim Makan dan Isim Zaman sama.

Untuk fi’il tsulatsi mujarrod berwazan يفعُل dan يفعَل , isim makan dan isim zaman-nya berwazan : مَفْعَلٌ.
Sedangkan untuk fi’il yang berwazan يفعِل , isim makan dan isim zaman-nya berwazan مَفْعِلٌ .
Contoh :
Kata يكتُب ( sedang / akan menulis ) isim makan dan isim zamannya مَكتَب ( tempat atau waktu menulis )
Kata يطعَم ( sedang / akan makan ) isim makan dan isim zamannya مَطعَم ( tempat atau waktu makan )
Kata يضرِب ( sedang / akan memukul ) isim makan dan isim zamannya مَضْرِبٌ ( tempat atau waktu memukul ).
Sedangkan untuk fi’il yang lebih dari 3 huruf, bentuk isim makan dan isim zaman-nya sama dengan bentuk isim maf’ul-nya, yaitu :
DITAMBAHKAN MIM DHOMMAH DI AWAL
DAN DIFATHAH HURUF SEBELUM AKHIRNYA
Contoh :
Kata قاتل ( memerangi ), isim makan dan isim zamannya adalah : مُقَاتَلٌ ( tempat / waktu berperang ).
Kata اجتمع ( berkumpul ), isim makan dan isim zamannya adalah : مُجْتَمَعٌ ( tempat /waktu berkumpul )
UNTUK PERHATIAN :
Untuk fi’il-fi’il lebih dari 3 huruf, bentuk dari : isim mashdar mim, isim maf’ul, isim makan dan isim zaman-ya adalah sama, sedangkan untuk membedakannya adalah dengan melihat kepada konteks kalimatnya.
ISIM ALAT
Isim Alat ( اسم الآلة ) adalah isim yang bermakna alat untuk melakukan perbuatan, umumnya hanya ada pada fi’il tsulatsi mujarrod.
Untuk fi’il berwazan يفعُل dan يفعِل isim alatnya berwazan مِفْعَلٌ , contoh :
Kata يكتُب ( sedang / akan menulis ) isim alatnya : مِكْتَبٌ ( alat menulis ),
يضرِب (sedang / akan memukul ) isim alatnya : مِضْرَبٌ ( alat memukul )
Untuk fi’il berwazan يفعَل isim alatnya berwazan مِفْعَالٌ , contoh :
Kata يفتَح ( sedang / akan membuka ) isim alatnya : مِفْتَاحٌ ( alat membuka )
Ada sebagian kata yang isim alatnya berwazan مِفْعَلَةٌ seperti : كَنَسَ يَكْنِسُ ( menyapu ) isim alatnya : مِكْنَسَةٌ ( sapu ).
ISIM TAFDHIL
Isim Tafdhil ( اسم التفضيل ) adalah kata yang bermakna “lebih dari” atau “paling”, umunya dibentuk dari fi’il tsulatsi mujarrod.
Wazan isim tafdhil yaitu أَفْعَلُ , contoh :
Kata كَبُرَ ( besar ), isim tafdhilnya أَكْبَرُ ( paling besar )
Untuk bentuk perempuan, dengan menggunakan wazan فُعْلَى ,
Contoh : كبُر isim tafdhilnya : كُبْرَى .
FI’IL & HURUF ‘ILLAT
Huruf ‘Illat ( حرف العلّة ) adalah huruf lemah atau huruf penyakit, yaitu : alif, wawu dan ya’.
Fi’il dilihat dari ada atau tidaknya huruf ‘illat terbagi dua, yaitu :
1. Fi’il Shohih ( الفعل الصحيح )
2. Fi’il Mu’tall ( الفعل المعتلّ )
Fi’il Shohih adalah fi’il yang tidak mengandung huruf ‘illat.
Fi’il shohih terbagi menjadi tiga, yaitu :
1. Fi’il Salim ( الفعل السالم )
2. Fi’il Mudho’af ( الفعل المضاعف )
3. Fi’il Mahmuz ( الفعل المهموز )
Fi’il Salim adalah fi’il shohih yang tidak mengandung huruf hamzah atau pun huruf ganda ( tasydid ), contoh : كَتَبَ .
Fi’il Mudho’af adalah fi’il yang memiliki huruf ganda, contoh : مَدَّ .
Fi’il Mahmuz adalah fi’il yang mengandung huruf hamzah, contoh : أَمَرَ .
Fi’il Mu’tall adalah fi’il yang mengandung huruf ‘illat.
Fi’il mu’tall terbagi menjadi empat :
1. Fi’il Mitsal ( الفعل المثال )
2. Fi’il Ajwaf ( الفعل الأجوف )
3. Fi’il Naqish ( الفعل الناقص )
4. Fi’il Lafif ( الفعل اللفيف )
Fi’il Mitsal yaitu fi’il yang huruf ‘illatnya terletak di awal, contoh : وَعَدَ .
Fi’il Ajwaf yaitu fi’il yang huruf ‘illatnya terletak di tengah, contoh : قَالَ .
Fi’il Naqish yaitu fi’il yang huruf ‘illatnya terletak di akhir, contoh : رَضِيَ
Fi’il Lafif yaitu fi’il yang huruf ‘illatnya ada dua, fi’il lafif terbagi dua :
1. Lafif Maqrun ( المقرون ), bila huruf ‘illatnya berjejeran, contoh : قَوِيَ .
2. Lafif Mafruq ( المفروق ), bila huruf ‘illatnya terpisah, contoh ; وَقَى .